Redwinbet Agen Judi Terpercaya

Wednesday, March 9, 2016

10 Kapten Hebat Serie A

Tim hebat biasanya memiliki pemimpin yang hebat pula.

Sepanjang sejarah Serie A, ada banyak Il Capitano alias kapten dengan pengaruh luar biasa di timnya. Diadaptasi dari Forza Italian Football, berikut adalah sepuluh yang terdepan.

Para kapten ini dikenal sebagai pemimpin sejati. Selain hebat dari segi individu, mereka juga sukses memimpin timnya meraih prestasi, baik di kancah domestik maupun internasional. Faktor lain yang tak kalah penting adalah loyalitas.

Simak ulasannya.

Franco Baresi

1.Franco Baresi
Franco Baresi adalah salah satu produk akademi sepakbola AC Milan. Sepanjang kariernya, dia melalui masa-masa indah juga masa-masa kelam bersama Rossoneri.

Setelah ditolak Inter Milan, yang lebih memilih saudaranya - Giuseppe Baresi, dia berjuang hingga akhirnya bisa menembus tim senior Milan pada tahun 1978.

Meski meraih Scudetto Serie A musim 1978/79, Milan lantas dua kali mengalami degradasi di awal 1980-an. Namun, Baresi tetap setia pada klubnya.

Baresi lalu menjadi kapten Milan di tahun 1982 dan terus dipercaya mengemban jabatan itu sampai dia pensiun pada tahun 1997. Selama dikapteni Baresi, Milan meraih lima Scudetto, tiga gelar European Cup/Liga Champions (terlepas dari fakta Mauro Tassotti yang jadi kapten di final 1994), tiga titel Piala Super Eropa dan dua kali juara Piala Interkontinental.

Baresi adalah kapten di era kejayaan Milan tahun 1980-an dan 1990-an. Dia juga kunci penting bagi skema pertahanan yang dirancang oleh Arrigo Sacchi, terutama dalam memaksimalkan strategi perangkap offside.

Valentino Mazzola

2. Valentino Mazzola
Valentino Mazzola adalah ayah dari legenda Inter Milan, Sandro Mazzola. Dia adalah kapten dari Il Grande Torino di era 1940-an.

Mazzola menarik perhatian sejak berseragam Venezia, menjuarai Coppa Italia di tahun 1941 sebelum ditransfer ke Torino bersama sang rekan seklub Ezio Loik setahun setelahnya. Dengan Torino, Mazzola meraih enam Scudetto Serie A dan juara Coppa Italia musim 1942/43.

Tragis, dia kehilangan nyawa bersama rekan-rekannya di tragedi Superga pada 4 Mei 1949.

Mazzola sendiri dianggap sebagai pesepakbola komplet. Jurnalis kenamaan Italia, Gianni Brera, pernah menulis:

"Dia bisa melesat seperti seorang sprinter, berlari seperti seorang pelari jarak menengah dan menembak dengan dua kaki layaknya seorang striker. Dia mampu merebut bola untuk membantu pertahanan, lalu membangun serangan yang kadang dia selesaikan sendiri. Dia adalah seorang playmaker sekaligus penentu kemenangan."

Mazzola merupakan pilar Il Grande Torino. Rekan setimnya, Mario Rigamonti, pernah berkata: "Valentino seorang sama seperti separuh skuat, dan separuh yang lain adalah sisanya."



Diego Maradona

3.Diego Maradona
Sang legenda Argentina merupakan sumber kreasi dan inspirasi Napoli selama dia memperkuat Partenopei periode 1984-1991.

Datang dari Barcelona, Diego Maradona disambut penuh sukacita oleh publik Naples. Harapan besar lantas menyeruak.

Harapan itu pun bukan sekadar harapan palsu. Maradona mewujudkannya dengan membawa Napoli meraih double Serie A dan Coppa Italia pada musim 1986/87. Scudetto musim itu adalah Scudetto pertama dalam sejarah Napoli.

Maradona lalu kembali menjadi sumber kekuatan Napoli ketika meraih Scudetto kedua di musim 1989/90 serta Piala UEFA 1989/89 dan Supercopa Italiana 1990.

Dominasi tim-tim dari Italia utara patah oleh Napoli dengan Maradona di skuat mereka. Sang jenius Argentina adalah legenda di Naples. Nomor 10 pun dipensiunkan seiring kepindahannya.

Maradona sendiri masih memegang rekor sebagai pemain tertajam sepanjang sejarah Napoli dengan 115 gol dalam 259 penampilan di semua ajang. Dari angka itu, 81 gol dalam 188 penampilan dia torehkan di pentas Serie A.


Armando Picchi

4.Armando Picchi
Armando Picchi memperkuat Inter Milan periode 1960-1967. Selama itu, sebenarnya banyak pemain yang lebih top daripada dirinya.

Namun, Picchi lah kapten dari Il Grande Inter.

Datang sebagai bek kanan dari SPAL, pelatih Inter Helenio Herrera lalu mengubahnya jadi seorang sweeper. Dia kemudian menjadi sosok vital dalam sistem catenaccio Inter yang melegenda itu.

Dengan Picchi sebagai kapten, Inter meraih tiga Scudetto Serie A, juara beruntun European Cup (sekarang Liga Champions) 1963/64 dan 1964/65 serta dua Piala Interkontinental. Setelah kekalahan mengejutkan lawan Celtic di final European Cup 1967, Picchi dijual ke Varese.

Dua tahun setelah itu, Picchi memutuskan pensiun.

Dia meninggal dunia akibat kanker pada 27 Mei 1971 di usia 35.

Gianni Rivera

5. Gianni Rivera
Dia merupakan legenda AC Milan. Dia juga salah satu gelandang dan pemain terbaik yang pernah dimiliki Italia.

Gianni Rivera bergabung dengan Milan dari Alessandria pada tahun 1960. Waktu itu, dia berusia 16.

Rivera kemudian dengan cepat menjadi sumber utama kreativitas permainan Milan di lini tengah. Dia turut membantu Milan meraih Scudetto di musim 1961/62 dan European Cup di musim berikutnya.

Rivera diserahi ban kapten Milan pada tahun 1966 setelah Cesare Maldini pindah ke Torino. Setelah itu, Rossoneri meraih dua Scudetto, empat titel Coppa Italia, European Cup dan Piala Interkontinental di tahun 1969 serta dua gelar European Cup Winners’ Cup.

Rivera pensiun pada tahun 1979 setelah mengemas 164 gol dan 658 penampilan bersama Milan.



Virginio Rosetta

6. Virginio Rosetta
Dia adalah bintang Juventus di era 1920-an dan 1930-an.

Virginio Rosetta bergabung dengan Juventus dari Pro Vercelli pada tahun 1923. Bersama klub sebelumnya, pemain yang berposisi sebagai bek itu sudah meraih dua buah Scudetto.

Bermain sebagai bek kanan, Rosetta membentuk trio pertahanan tangguh bersama kiper Gianpiero Combi serta bek kiri Umberto Caligaris di Juventus dan timnas Italia.

Rosetta dikenal sebagai salah satu bek pertama di persepakbolaan Italia yang memainkan bola keluar wilayah pertahanan, bukan melakukan clearance sejauh mungkin. Dia tidak begitu unggul dalam duel udara, tapi memiliki kemampuan taktis yang luar biasa.

Bersama Juventus, Rosetta meraih enam buah Scudetto (1925/26, 1930/31, 1931/32, 1932/33, 1933/34, 1934/35).

Dia menjadi kapten Juventus dari tahun 1929 sampai 1935. Dengan Rosetta sebagai kapten, La Vecchia Signora meraih lima Scudetto secara beruntun. Periode tersebut dikenal dengan sebutan Quinquennio d’oro atau Lima Tahun Keemasan.

Alessandro Del Piero

7. Alessandro Del Piero
Alessandro Del Piero adalah pemain yang paling identik dengan Juventus. Dia membela panji La Vecchia Signora periode 1993-2012, hampir 20 tahun lamanya.

Del Piero gabung Juventus dari Padova di usia 18 tahun pada 1993. Waktu itu, dia diproyeksikan menjadi pelapis Roberto Baggio. Superstar Italia tersebut kemudian dijual pada tahun 1995 setelah Del Piero memainkan peran penting dalam kesuksesan Juventus meraih Scudetto Serie A 1994/95.

Scudetto 2002/02 merupakan yang pertama diraih Juventus dengan Del Piero sebagai kapten. Mereka lalu menang lagi di musim  2002/03 dan 2011/12. Scudetto 2004/05 serta 2005/06 dicabut seiring skandal Calciopoli dan Juventus dilempar paksa ke Serie B.

Meski harus main di kasta kedua, loyalitas Del Piero tidak goyah. Dia kemudian membantu Juventus kembali ke Serie A untuk musim 2007/08. Hijrah ke Sydney FC di Australia pada tahun 2012, dia lalu menutup karier di Delhi Dynamos tahun 2014.

Del Piero dikenal sebagai pemain kreatif dengan teknik dan insting gol di atas rata-rata. Di Italia, dia dikenal sebagai fantasista.

Sampai titik ini, bahkan mungkin hingga beberapa dekade ke depan, tidak ada pemain Juventus lain yang memiliki gol (290) sekaligus jumlah penampilan (705) lebih banyak dari Del Piero. Dialah pemegang sederet rekor dalam sejarah Juventus.

Francesco Totti

8. Francesco Totti
Francesco Totti dikenal memiliki teknik dan kreativitas tinggi. Dia juga diakui sebagai salah satu pemain terbaik Italia dalam sejarah sepakbola.

Hanya memperkuat AS Roma selama kariernya, loyalitas Totti tak terbantahkan. Pemegang rekor gol dan jumlah penampilan sepanjang masa Roma ini juga masih tercatat sebagai kapten termuda dalam sejarah Serie A.

Il Gladiatore menjadi kapten Roma pada musim 1998, menggantikan Abel Balbo. Waktu itu, Totti baru berusia 22 tahun.

Roma meraih Scudetto 2000/01 dengan Totti sebagai kapten. Selain itu, hadir pula gelar Coppa Italia 2006/07 dan 2007/08.

Bersama Roma, Totti tak bertabur trofi. Namun, tawaran dari klub-klub besar Eropa seperti Real Madrid dan Barcelona pernah dia tolak demi tetap membela panji Giallorossi.

Tak banyak pemain dengan loyalitas dan kecintaan terhadap satu klub seperti Totti di Roma. Dia sudah memberikan segalanya.

Namun sayang, musim 2015/16 ini sepertinya bakal menjadi musim terakhir Totti bersama Roma. Di usia 39 tahun, sinar Totti dianggap sudah mulai pudar.

Totti berada di urutan ketiga dalam daftar pemain dengan jumlah penampilan terbanyak di Serie A. Totti juga menempati peringkat dua dalam daftar top scorer sepanjang masa Serie A. Semua itu dia ukir bersama klub yang dicintainya, Roma.

Javier Zanetti

9. Zanetti
Massimo Moratti menjadi presiden Inter Milan pada tahun 1995. Salah satu rekrutannya adalah bek kanan berusia 21 tahun dari klub Banfield asal Argentina. Namanya: Javier Zanetti.

Waktu itu, Zanetti sudah termasuk bagian tim nasional senior Argentina. Dia pun dengan cepat menjadi pemain reguler Inter. Pada musim pertamanya, dia langsung memainkan 32 pertandingan di Serie A.

Zanetti menjadi kapten Inter pada tahun 1999, setelah Giuseppe Bergomi memutuskan pensiun. Zanetti sendiri pensiun di Inter tahun 2014. Zanetti pensiun dengan rekor penampilan terbanyak untuk Inter - 858 pertandingan (615 di Serie A).

Zanetti mendapatkan julukan El Tractor berkat stamina luar biasa yang membuatnya seolah tak kenal lelah naik dan turun di sektor sayap untuk bertahan maupun membantu serangan.

Sebagai kapten, dia dihormati oleh para suporter dan pemain lawan. Semua itu salah satunya berkat kesantunannya. Dalam 22 tahun kariernya, dia hanya pernah menerima dua kartu merah.

Selama dikapteni Zanetti, Inter meraih lima Scudetto, empat trofi Coppa Italia dan satu gelar Liga Champions di tahun 2010.

Sulit bagi Inter menemukan pemain dan kapten seperti Zanetti lagi.

Paolo Maldini

 10. Paolo Maldini
Julukannya: Il Capitano (Sang Kapten).

Dari situ saja kita bisa menerka seperti apa sosok seorang Paolo Maldini. Dia adalah kapten yang mampu memancarkan aura unik di atas lapangan. Dia juga pandai memotivasi rekan-rekannya.

Melakoni debut Serie A bersama AC Milan di usia 16 tahun pada 20 Januari 1985, Maldini lalu menjadi pemain reguler Rossoneri di musim 1985/86. Dia adalah bagian periode emas sang raksasa merah-hitam kota Milan di bawah kepelatihan Arrigo Sacchi hingga Fabio Capello.

Maldini menjadi kapten Milan di tahun 1997, setelah pensiunnya Franco Baresi. Di bawah kepemimpinannya, Milan menyabet Scudetto Serie A 1998/99 dan 2003/04, gelar juara Coppa Italia 2002/03, dua titel Liga Champions, dua Piala Super Eropa serta takhta Piala Dunia Antarklub FIFA 2007.

Maldini aslinya bek kiri. Namun, berkat kemampuan multiposisinya, dia juga bisa berperan sebagai bek kanan maupun bek sentral, baik di Milan maupun timnas Italia. Sebagai bek, dia tak mudah dilewati. Saat ikut naik menyerang, dia bisa berbahaya.

Maldini dianggap sebagai salah satu bek terhebat sepanjang masa. Ketenangan dan kemampuan mumpuni dalam membaca permainan merupakan dua dari sekian atribut utamanya.

Maldini adalah bek pertama dalam sejarah yang pernah jadi kandidat peraih gelar FIFA World Player of the Year, di mana dia finis peringkat dua pada edisi 1995. Dia juga dua kali menjadi finalis Ballon d'Or, di tahun 1994 dan 2003 (selalu finis urutan tiga).

Maldini sendiri merupakan putra dari Cesare Maldini, mantan bek dan kapten Milan. Dia mengikuti jejak ayahnya, dan menapaki karier yang lebih cemerlang.

Maldini hanya pernah mempekuat Milan. Dia pensiun pada tahun 2009 dengan rekor penampilan terbanyak untuk Milan (902).

0 comments:

Post a Comment